Pages

Subscribe:

Monday 27 May 2013

KOLESISTOKININ



Kolesistokinin

CCK merupakan hormon Yang menyebabkan kontraksi kandung empedu Dan meningkatkan sekresi getah pankreas Yang kaya Akan enzim. Selain IFU, CCK juga menguatkan kerja sekretin, menghambat pengosongan lambung, menimbulkan efek tropik (pertumbuhan mukosa) pada pankreas, meningkatkan sekresi enterokinase, Dan dapat meningkatkan gerakan usus halus Dan kolon.

CCK disekresi oleh sel-sel endokrin, sel-sel I di Usus bagian atas, saraf Ileum distales Dan kolon. CCK Yang Disekresi di jejunum Dan Zwölffingerdarm mungkin terutama CCK8 Dan CCK12, meskipun CCK58 juga terdapat pdi usus Dan sirkulasi darah. Sekresi CCK meningkat bila hasil pencernaan berkontak dengan mukosa usus, khususnya peptida Dan asam Amino, Dan juga dengan adanya asam-asam lemak. Dan Protein des Karena empedu Dan getah pankreas Yang memasuki Zwölffingerdarms mencernakan lemak lebih lanjut, seterusnya merangsang lagi CCK (Rückgespräch positif). Umpan balik tersebut berakhir bila hasil-hasil pencernaan bergerak KE bagian distales saluran cerna.
BACA SELENGKAPNYA KLIK http://adf.ly/Pd6Jt


Saluran Pencernaan Mukosa usus halus menghasilkan hormon sekretin dan kolesistokinin (CCK). Hormon sekretin disintesis dan disekresikan oleh mukosa usus halus (terutama jejunum) ke dalam sirkulasi darah ketika makanan yang sangat bersifat asam memasuki usus halus. Hormon sekretin apabila disuntikkan secara intravena akan meningkatkan sekresi bikarbonat oleh pankreas dan saluran empedu. Hormon kolesistokinin disintesis dan disekresikan oleh mukosa usus halus bagian depan (terutama duodenum) memiliki peran merangsang motilitas kantung empedu. Kolesistokinin dibebaskan ketika makanan yang mengandung lemak memasuki duodenum. Kolesistokinin berperan merangsang sel asinar pankreas untuk mengeluarkan enzim-enzim pencernaan dan kontraksi kantung empedu untuk mengeluarkan getah empedu ke lumen usus halus.

Peran CCK dalam pencernaan 

Ketika makanan mulai dicerna di dalam traktus gastrointestinal bagian atas, kandung empedu mulai dikosongkan, terutama sewaktu makanan berlemak masuk ke duodenum sekitar 30 menit setelah makan. Dasar yang menyebabkan pengosongan adalah kontraksi ritmik dinding kandung empedu, tetapi efektivitas pengosongan juga membutuhkan relaksasi yang bersamaan dari sfingter Oddi yang menjaga pintu keluar duktus biliaris komunis ke dalam duodenum. 

Sejauh ini rangsangan yang paling poten dalam menyebabkan kontraksi kandung empedu adalah hormone kolesistokinin. Hormone ini adalah hormone yang sama yang menyebabkan peningkatan sekresi enzim oleh sel-sel asinar pancreas. Rangsangan untuk melepaskan kolesistokinin ke dalam darah dari mukosa duodenum terutama adalah makanan berlemak yang masuk ke duodenum. 

Selain kolesistokinin, kandung empedu juga dirangsang secara kurang kuat oleh serat-serat saraf yang menyekresi asetilkolin dari system syaraf fagus dan enteric. Keduanya adalah saraf yang sama yang meningkatkan motilitas dan sekresi dalam bagian lain traktus gastrointestinal bagian atas. 

Bahkan dengan kontraksi kandung empedu yang relative kuat, pengosongan dapat berlangsung suli karena sfingter Oddi normalnya tetap berkontraksi secara tonik. Oleh karena itu, sebelum terjadi pengosongan kandung empedu, sfingter Oddi, juga harus direlaksasi. Paling sedikit ada tiga factor yang membantu hal ini : Pertama, kolesistokinin, bukannya merangsang sfingter Oddi, malah memiliki efek relaksasi. Tetapi efek ini saja biasanya tidak cukup untuk memungkinkan pengosongan yang bermakna. Kedua, kontraksi ritmik kandung empedu menghantarkan gelombang peristaltic melalui duktus biliaris biliaris komunis menuju sfingter Oddi, menyebabkan suatu gelombang awal relaksasi yang sebagian menghambat sfingter mendahului gelombang peristaltic. Tetapi ini, juga, biasanya tidak cukup untuk menghasilkan pengosongan dalam jumlah besar. Ketiga, ketika gelombang peristaltic usus berjalan pada dinding duodenum, fase relaksasi dari setiap gelombang dengan kuat merelaksasi otot dinding usus. Sejauh ini hal tersebut kelihatannya merupakan efek yang paling kuat dari semua relaksan pada sfingter Oddi. Akibatnya empedu biasanya masuk ke duodenum dalam bentuk pancaran yang sinkron dengan fase relaksasi gelombang peristaltic duodenum. 

Sebagai ringkasan, kandung empedu mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke dalam duodenum terutama sebagai respon terhadap perangsangan kolesistokinin. Saat lemak tidak terdapat dalam makanan, pengosongan kandung empedu berlangsung buruk. Tetapi apabila terdapat jumlah lemak yang banyak dalam makanan, normalnya kandung empedu akan kosong secara menyeluruh dalam waktu sekitar 1 jam.

0 comments:

Post a Comment