Kolesistokinin
CCK
merupakan hormon Yang menyebabkan kontraksi kandung empedu Dan meningkatkan
sekresi getah pankreas Yang kaya Akan enzim. Selain IFU, CCK juga menguatkan
kerja sekretin, menghambat pengosongan lambung, menimbulkan efek tropik
(pertumbuhan mukosa) pada pankreas, meningkatkan sekresi enterokinase, Dan
dapat meningkatkan gerakan usus halus Dan kolon.
CCK
disekresi oleh sel-sel endokrin, sel-sel I di Usus bagian atas, saraf Ileum
distales Dan kolon. CCK Yang Disekresi di jejunum Dan Zwölffingerdarm mungkin
terutama CCK8 Dan CCK12, meskipun CCK58 juga terdapat pdi usus Dan sirkulasi
darah. Sekresi CCK meningkat bila hasil pencernaan berkontak dengan mukosa
usus, khususnya peptida Dan asam Amino, Dan juga dengan adanya asam-asam lemak.
Dan Protein des Karena empedu Dan getah pankreas Yang memasuki Zwölffingerdarms
mencernakan lemak lebih lanjut, seterusnya merangsang lagi CCK (Rückgespräch
positif). Umpan balik tersebut berakhir bila hasil-hasil pencernaan bergerak KE
bagian distales saluran cerna.
BACA SELENGKAPNYA KLIK http://adf.ly/Pd6Jt
Saluran
Pencernaan Mukosa usus halus menghasilkan hormon sekretin dan kolesistokinin
(CCK). Hormon sekretin disintesis dan disekresikan oleh mukosa usus halus
(terutama jejunum) ke dalam sirkulasi darah ketika makanan yang sangat bersifat
asam memasuki usus halus. Hormon sekretin apabila disuntikkan secara intravena
akan meningkatkan sekresi bikarbonat oleh pankreas dan saluran empedu. Hormon
kolesistokinin disintesis dan disekresikan oleh mukosa usus halus bagian depan
(terutama duodenum) memiliki peran merangsang motilitas kantung empedu.
Kolesistokinin dibebaskan ketika makanan yang mengandung lemak memasuki
duodenum. Kolesistokinin berperan merangsang sel asinar pankreas untuk
mengeluarkan enzim-enzim pencernaan dan kontraksi kantung empedu untuk mengeluarkan
getah empedu ke lumen usus halus.
Peran CCK dalam
pencernaan
Ketika makanan mulai
dicerna di dalam traktus gastrointestinal bagian atas, kandung empedu mulai
dikosongkan, terutama sewaktu makanan berlemak masuk ke duodenum sekitar 30
menit setelah makan. Dasar yang menyebabkan pengosongan adalah kontraksi ritmik
dinding kandung empedu, tetapi efektivitas pengosongan juga membutuhkan
relaksasi yang bersamaan dari sfingter Oddi
yang menjaga pintu keluar duktus biliaris komunis ke dalam duodenum.
Sejauh ini rangsangan
yang paling poten dalam menyebabkan kontraksi kandung empedu adalah hormone
kolesistokinin. Hormone ini adalah hormone yang sama yang menyebabkan
peningkatan sekresi enzim oleh sel-sel asinar pancreas. Rangsangan untuk
melepaskan kolesistokinin ke dalam darah dari mukosa duodenum terutama adalah
makanan berlemak yang masuk ke duodenum.
Selain kolesistokinin,
kandung empedu juga dirangsang secara kurang kuat oleh serat-serat saraf yang
menyekresi asetilkolin dari system syaraf fagus dan enteric. Keduanya adalah
saraf yang sama yang meningkatkan motilitas dan sekresi dalam bagian lain
traktus gastrointestinal bagian atas.
Bahkan dengan kontraksi
kandung empedu yang relative kuat, pengosongan dapat berlangsung suli karena
sfingter Oddi normalnya tetap berkontraksi secara tonik. Oleh karena itu,
sebelum terjadi pengosongan kandung empedu, sfingter Oddi, juga harus
direlaksasi. Paling sedikit ada tiga factor yang membantu hal ini : Pertama,
kolesistokinin, bukannya merangsang sfingter Oddi, malah memiliki efek
relaksasi. Tetapi efek ini saja biasanya tidak cukup untuk memungkinkan
pengosongan yang bermakna. Kedua, kontraksi ritmik kandung empedu menghantarkan
gelombang peristaltic melalui duktus biliaris biliaris komunis menuju sfingter
Oddi, menyebabkan suatu gelombang awal relaksasi yang sebagian menghambat
sfingter mendahului gelombang peristaltic. Tetapi ini, juga, biasanya tidak
cukup untuk menghasilkan pengosongan dalam jumlah besar. Ketiga, ketika
gelombang peristaltic usus berjalan pada dinding duodenum, fase relaksasi dari
setiap gelombang dengan kuat merelaksasi otot dinding usus. Sejauh ini hal
tersebut kelihatannya merupakan efek yang paling kuat dari semua relaksan pada
sfingter Oddi. Akibatnya empedu biasanya masuk ke duodenum dalam bentuk
pancaran yang sinkron dengan fase relaksasi gelombang peristaltic duodenum.
Sebagai ringkasan,
kandung empedu mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke dalam duodenum terutama
sebagai respon terhadap perangsangan kolesistokinin. Saat lemak tidak terdapat
dalam makanan, pengosongan kandung empedu berlangsung buruk. Tetapi apabila
terdapat jumlah lemak yang banyak dalam makanan, normalnya kandung empedu akan
kosong secara menyeluruh dalam waktu sekitar 1 jam.
0 comments:
Post a Comment